topikbmr.co, KOTAMOBAGU – Almudatsir Mamonto, salah satu petani cabai di Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur, mampu meraup untung berlimpah dari hasil panen cabai yang ia tanam.
Menurut Acil sapaan akrabnya, bertani dan menanam adalah hobinya sejak kecil, baik itu tanaman padi, jagung hingga cabai. Dengan ketekunannya tersebut, hasil tanaman yang ia kelola mendatangkan rezeki yang berlimpah, salah satunya tanaman rica alias cabai.
“Saat ini saya mencoba menanam cabai paket dewata F1. Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan,” ujarnya.
Ia menuturkan, cabai dewata F1 tentu masih kalah dengan cabai lokal. Pasalnya, harga cabai lokal relatif tinggi ketimbang cabai dewata.
“Perbandingan harganya, cabai lokal lebih mahal dari dewata. Selisihnya sekira Rp10 ribu. Namun dewata memiliki keunggulan dari beratnya ketika ditimbang,” tuturnya.
Dirinya mengatakan, cabai dewata yang ia tanam sejak Desember 2018, bisa bertahan hingga delapan bulan. Naiknya harga cabai ini juga patut disyukuri oleh sejumlah petani. Kondisi ini lantaran biaya yang dikeluarkan untuk perawatan juga cukup tinggi.
Saat ini, Almudatsir memiliki tanaman cabai seluas 1,5 hektar. Hasil panen yang didapat sekira 100 kilogram setiap kali panen.
“Panen biasanya 3 hari sekali. Hasilnya dipotong dengan biaya perawatan dan biaya buruh panen. Sisanya cukup lumayan kalau sedang mahal begini,” ujarnya.
Dikatakannya, dalam sebulan sampai 10 kali panen. Untuk harganya di bulan puasa ini masih bervariasi, mulai dari Rp50 ribu sampai Rp80 ribu di pasaran.
“Saat Pemilu lalu harganya tembus diangka Rp150 ribu perkilogram,” ucapnya.
Meski berprofesi sebagai guru, dirinya tidak pernah berhenti mengelola tanamannya. Suami dari Halifa Lamela ini juga mengatakan, berkat hasil tanaman cabai tersebut, dirinya juga membuka lapangan kerja dengan memakai jasa buruh ketika panen tiba. Untuk biaya sewa buruh diberi Rp5 ribu per kilogramnya.
“Ada enam orang buruh yang saya panggil bekerja saat panen tiba. Mayoritas pekerja dari kalangan emak-emak,” tuturnya.
Melihat hasil panen cabai petani tersebut, salah satu tokoh pemuda Desa Moyag, Dudi Mamonto mengatakan, dengan potensi ini menunjukan bahwa kondisi tanah, iklim di Desa Moyag sangat cocok untuk produksi cabai.
“Jika instansi terkait mengajak semua petani memanfaatkan ladang yang ada untuk bertanam cabai maka ketergantungan daerah lain teratasi,” sebutnya.
Menurutnya, Papa Iin sapaan keseharian Almudatsir, bisa dijadikan salah satu tokoh petani yang sukses, bisa dijadikan motivator di daerah untuk memberikan semangat bertani kepada yang lain.
(Gufran)